PELAJARAN DARI TITANIC
Oleh Hermawan Kartajaya
Anda tahu, show apa yang lagi best seller di
Ketika saya masih mengikuti program eksekutif di University of
Selain itu, dekorasi yang klasik maupun kadang-kadang high-tech memberi suasana yang unik dari tiap show. Bukan lagi, setiap show dengan cerita berbeda selalu mengundang pelajaran 'hidup' filosofis tersendiri! Ternyata, memang benar dugaan saya. Walaupun, masih dua minggu, Keagan mengabarkan bahwa semua tiket sudah sold-out untuk malam itu! Jangan harap ada 'catutan'! Yang bisa dilakukan biasanya adalah antre di depan loket dua jam sebelum show dimulai.
Seperti telah diduga, semua seat terisi penuh. tapi kami toh tetap memperoleh seat meskipun Keagan dan istrinya terpaksa diberi dua kursi 'biasa'. Terpisah dari saya dan Michael. Show dimulai dengan mengisahkan keberangkatan Titanic dari pelabuhan New
Pada mulanya perjalanan lancar-lancar saja. Bahkan kapten kapal Titanic dalam keadaan gembira. Karena mungkin pelayaran itu merupakan yang terakhir baginya! Mestinya dia mau pensiun, tapi dipanggil lagi untuk memimpin pelayaran tersebut. Sebagai pelaut mana bisa dia menolak memimpin pelayaran sebuah kapal sehebat itu! Pelayaran itu sendiri istimewa. Kenapa? Karena secara kebetulan desainer kapal dan bahkan direktur perusahaan pelayanan yang punya Titanic juga ikut dalam rombongan.
Karena itu, hamper tiap malam ada pesta pora di kapal. Si Direktur begitu bangganya akan Titanic dan selalu naik ke kamar kemudi untuk ngobrol dengan kapten. Dan karena semua lancar, dia memerintahkan kapten untuk menaikkan kecepatan. Kenapa? Dia mau sampai di
Pada waktu itu para kelasi yang ada di kamar bahan bakar sebenarnya sudah merasakan kenaikan-kenaikan yang tidak wajar. Tapi mereka nggak bisa apa-apa. Pada tanggal 13 April, ada sinyal morse yang masuk. Memperingatkan bahwa hati-hati akan gunung es! Tapi karena sinyal tersebut tidak jelas, dibiarkan saja. Tanggal 14 April, sinyal masuk lagi jelas. Tapi tidak sama! Yang satu menyatakan 'gunung es' ada di arah ini, yang lain lagi di arah itu. Kapten kapal tenang-tenang saja. Dia memerintahkan pengamatan oleh mata saja!
Akhirnya, pada tanggal 14 April 1912 menjelang tengah malam, si pengamat tahu-tahu melihat gunung es yang sangat besar sudah berada 10 mil di depan kapal. Semua panik! Mesin kapal langsung dimatikan! Tapi karena kecepatan terlalu tinggi, kapal nggak bisa direm dan menubruk gunung es tersebut! Jumlah safety-boat tidak cukup cuma 21 buah! Sengaja diturunkan untuk memberikan kenikmatan pada penumpang kelas satu. Wanita dan anak-anak di dahulukan!
Akhirnya keesokan harinya ketika dihitung dari kurang lebih 1.500 penumpang cuma sekitar 700 orang yang tertolong. Kapten kapal mati secara gagah berani, bahkan tanpa pakai pelampung apapun. Sedangkan Direktur diam-diarn menyelinap ke sebuah safety boat. Ada sepasang orang tua yang sudah kawin 40 tahun tidak mau dipisah, akhirnya mati bersama! Pertunjukan selesai!
Kedua, hati-hati dengan perubahan lingkungan gunung es yang cuma kelihatan 10 persen di atas permukaan Iaut. Perusahaan harus punya 'radar' untuk memantau bisnis weak signal harus diperhitungkan. Kalau tidak akan hancur.
Ketiga, bad news is good news dibanding show lain, Titanic tidak istimewa tapi berapa orang berebut nonton. Kenapa? Orang suka melihat penderitaan orang lain. Itulah strategi media
0 comments:
Post a Comment