Spoiler for gambar:
foto dari google earth (yg bulet item tuh luweng jomblang, luweng grubug ada di utaranya dikit...)
ceritanya gini:
Spoiler for cerita:
MALAM DI LUWENG GRUBUG [Jawa Tengah] <-- versi buku.. sebenernya ada di DIY
Malam itu para tapol dibariskan dengan diikat kedua kakinya dengan kaki temannya yang di depan dan belakangnya. Mata mereka ditutup rapat dengan kain hitam. Mereka berbaris bagai pasukan tentara, kiri – kanan – kiri – kanan. Mereka harus saling bekerjasama serasi, tidak terlalu cepat atau lambat agar tidak ada yang terjatuh. Pada malam dingin itu tubuh mereka gemetar dengan degub jantung riuh bertalu, tidak tahu nasib apa yang menanti di jalan berbatu itu.
Kepala barisan berhenti, maka tubuh dan ekor mengikuti. Barisan tanpa alas kaki tanpa baju itu kian kedinginan menggigil. Yang terdengar oleh manusia pilihan itu hanyalah suara jengkerik, jeritan burung hantu, tiupan angin, kemudian semuanya ditelan oleh gemuruh sungai dengan arus deras meluncur ke kejauhan.
“Semua maju dua langkah!” terdengar aba-aba komandan berseragam. Sepi sejenak kecuali gemuruh sungai yang mendominasi sunyi. Kabut tipis terbang dari kedalaman luweng. Kaki telanjang barisan kian gemetar seperti tak kuat mendukung badan masing-masing. Dengan dorongan perlahan dari algojo yang dilakukan dengan tongkat kayu terhadap orang terdepan di pinggir luweng, maka barisan tapol terpilih itu meluncur menyeret belasan teman-teman di belakangnya dengan kaki terikat satu sama lain. Mereka terjun bersama ke dalam luweng dengan sungai bawah tanah yang bergemuruh ditelan bumi untuk selamanya sebelum mereka menyadari tempat mereka berada dan apa yang sesungguhnya akan terjadi.
Gemuruh sungai, nyanyian jengkerik, suara burung hantu, beberapa orang berseragam di pinggiran luweng yang usai melakukan tugasnya hari itu sebagai kelanjutan tugas hari kemarin, kemarin dulu, sebelum kemarin dulu, besok, lusa dan sesudah lusa. Ya, bagian dari tugas rutin mereka, dan bintang kemintang tetap memancarkan cahayanya.
(Ringkasan bebas disunting kembali dari Antonius Sumarwan SJ, ‘Adagio: Malam di Luweng Grubug’ dalam “Menyeberangi Sungai Air Mata, Kisah Tragis Tapol ’65 dan Upaya Rekonsiliasi”, Kanisius, Yogyakarta, 2007:311-313).
nah, ni dia dalemnya
Spoiler for gambar:
sunbeam
aula goa
Goa ini sangat terkenal dengan penampakan 'sunbeamnya' yang biasanya terjadi saat matahari berada tepat di atas kepala..
kayaknya sih dah pernah ditayangin di televisi...
oh ya, sekarang dalemnya udah dibersihin (dari mayat). Udah nggak ditemui lagi sisa-sisanya. tetapi konon katanya luweng ini angker, banyak caver atau spelunker yang lagi maen ke goa ini menemui kejadian kejadian yg aneh & menyeramkan...
================================================//
Spoiler for updates:
Spoiler for jomblang:
Luweng Jomblang
Bagi penelusur gua yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya tentu Gua Jomblang bukanlah nama yang asing lagi. Gua Jomblang merupakan salah satu gua favorit yang sering menjadi tempat “bermain”, hal ini dikarenakan gua ini memberikan fenomena keindahan misteri alam bagi penelusurnya. Gua ini memiliki potensi sebagai obyek wisata minat khusus penelusuran gua.
Gua Jomblang lebih dikenal dengan nama Luweng Jomblang – Grubug. Luweng merupakan sebutan orang jawa untuk gua yang berbentuk sumuran atau vertikal. Jomblang - Grubug dikarenakan gua ini memiliki dua entrance (mulut gua) yaitu Jomblang dan Grubug. Luweng Jomblang terletak di dusun Jetis, Semanu ,Gunung Kidul , Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu gua batu gamping dari ratusan gua yang ada di gugusan kawasan karst Gunung Sewu dikenal juga dengan sebutan PaWonSari (Pacitan Wonogiri Wonosari).
Entrance Jomblang berdiameter 55 m dengan kedalaman sekitar 60 m. Berada di daerah yang datar dengan dikelilingi oleh ladang penduduk. Entrance Jomblang lebih sering dilalui oleh penelusur gua karena tidak terlalu dalam dibandingkan dengan entrance Grubug. Entrance Grubug terletak tidak jauh dari Jomblang sekitar 300 m .
Fenomena Jomblang-Grubug tidak hanya itu saja di bawahnya juga terlihat sebuah sungai bawah tanah yang mengalir dengan deras, sehingga menciptakan suara jeram air. Suara ini ditambah dengan adanya turbulensi lorong menciptakan suara yang bergemuruh yang dapat didengar di entrance Grubug. Menuju ke sungai bawah tanah harus dilakukan dengan hati-hati karena jalannya yang curam dan licin.
~http://kalisucicavetubing.blogspot.com
Bisa dibayangkan, entrance goa sebesar 50m? seperti yang terlihat pada foto satelit, Luweng Jomblang terlihat seperti sumur raksaksa segede Gaban.. Luweng ini memiliki sistem yang berhubungan dengan grubug (berupa lorong yang saling berhubungan). goa ini vertikal sehingga untuk memasukinya harus menggunakan tali.
Spoiler for foto:
entrance dari goa jomblang, ni pintu gede banget gan!
flowstone yang menghiasai aula goa.. Dilarang menyentuh! ntar rusak!
Spoiler for more RoL:
jadi khusuk gan!
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3075564
0 comments:
Post a Comment