Thursday, February 25, 2010

keberanian

Security is mostly a superstition. It does not exist in nature,
nor do the children of men as a whole experience it.
Avoiding danger is no safer in the long run than outright exposure.
Life is either a daring adventure, or nothing.
To keep our faces toward change and behave like free spirits
in the presence of fate is strength undefeatable.
- Helen Keller

Dalam kehidupan kita sehari-hari, keberanian sering kali luput dari perhatian kita. Keberanian seolah-olah hanya milik para prajurit militer, pasukan pemadam kebakaran atau aktivis. Keamanan menjadi yang paling penting. Mungkin karena kita sering diajarkan untuk tidak terlalu takut atau terlalu berani denga kalimat “Itu terlalu berbahaya” atau “Jangan ambil resiko yang tidak perlu”, “Jangan bicara dengan orang asing”, “Hati-hati dengan orang yang mencurigakan dan lain-lain”.

Bersikap terlalu menakankan pada rasa aman menyebabkan kita hidup terlalu reaktif terhadap rasa takut. Ketimbang penetapkan tujuan, dan mengatur rencana untuk mencapainya, kita justru memilih cara yang dianggap lebih aman. Bertahan pada pekerjaan yang tetap meskipun itu tidak membuat kita tercukupi. “Go with the flow and don’t rock the boat” adalah kalimat yang hanya membuat kita berharap bahwa kehidupan akan membawa kita kearah yang lebih baik.

Tak diragukan bahwa memang ada ancaman dalam hidup yang perlu dihindari. Namun ada perbedaan mendasar antara bersikap ceroboh dan keberanian. Saya tidak mengatakan bahwa keberanian adalah sikap heroik seperti mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan nyawa orang lain. Keberanian yang saya maksud adalah kemampuan mengatasi imajinasi kita tentang rasa takut dan menjalani kekuatan hidup yang sering kali kita tidak menyadarinya. Takut gagal, takut ditolak, takut disakiti, takut menjadi bangkrut, takut dipermalukan, takut menyesal, takut menjadi sukses.

Seberapa banyak dari rasa takut itu yang menahan kita ? Bagaimana kita bisa hidup tanpa rasa takut ? Kita masih memiliki kecerdasan yang dapat menjadi alat navigasi kita dalam menghindari bahaya yang sesungguhnya, namun tanpa merasakan rasa takut, apakah kita mau ambil resiko ? terutama ketika ternyata keadaan terburuk tak akan menyakiti kita sama sekali. Apakah kita mau bersikap lebih terbuka, berbicara dengan orang asing, terjun kedalam proyek atau bisnis yang kita impikan ? Bagaimana kalau kita belajar untuk menikmati hal-hal yang kita takuti ? Perbedaan apa yang akan terjadi dalam hidup kita ?

Seberapa sering kita meyakinkan diri sendiri bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dalam hidup … bahwa selalu ada penjelasan yang logis kenapa kita tidak melakukan hal-hal tertentu ? Tidak sopan berbicara dengan orang asing, sebaiknya saya tidak mencoba berbicara didepan publik karena tidak ada yang perlu saya sampaikan. Meminta kenaikan gaji merupaka hal yang tidak pantas karena kita harus menunggu saat yang tepat. Itu semua hanya rasionalisasi ! Bayangkan bagaimana hidup Anda akan berubah jika Anda melakukannya dengan kepercayaan diri tanpa bayang-bayang rasa takut !

Courage is not the absence of fear, but rather the judgment that something else is more important than fear.
- Ambrose Redmoon

Courage is resistance to fear, mastery of fear - not absence of fear.
- Mark Twain

Courage is being scared to death, but saddling up anyway.
- John Wayne

Saya menyukai definisi tentang keberanian diatas, dimana semua merujuk pada kemampuan kita untuk mengambil tindakan ketimbang terjebak oleh rasa takut. Berani (Courage) diambil dari bahasa Latin “Cor”, yang berarti “Hati/jantung”. Namun keberanian lebih condong pada kecerdasan ketimbang perasaan. Kebaranian berhubungan dengan fingsi otak manusia (Neocortex) yang memiliki kendali jauh dari limbic otak emosional yang juga dimiliki oleh mamalia. Limbic otak kita memberi tanda bahaya, namun neocortex menjelaskan bahwa bahaya tersebut tidak ada atau tidak nyata. Jadi rasakan saja rasa takut yang ada dan take action anyway ! Semakin sering kita belajar mengambil tindakan ketimbang terjebak rasa takut, maka kita semakin manusia (the more human we become). Semakin kita hidup dalam ketakutan, kita sama saja hidup seperti mamalia yang rendah. Jadi pertanyaan, “Apakah Anda seekor tikus atau manusia?” sangat konsisten dengan neurology manusia.

Orang-orang pemberani tetap memiliki rasa takut, namun mereka tidak membiarkan rasa takut melumpuhkan mereka. Orang-orang yang tidak memiliki keberanian akan lebih memperhatikan rasa takut, yang lama kelamaan justru memperkuat rasa takut tersebut. Ketika Anda menghindar dari rasa takut dan merasa lega karena Anda telah terhindar dari rasa takut itu merupakan penghargaan psikologis yang mendorong “perilaku menghindar” seperti tikus, yang membuat Anda semakin sering menghindari rasa takut dimasa mendatang. Jadi semakin Anda menghindar dari sesuatu, Anda akan merasa semakin tidak mampu mengambil tindakan dimasa mendatang. Anda telah mengkondisikan diri Anda seperti seekor tikus.

Perilaku menghindar seperti itu menyebakan stagnasi dimasa mendatang. Rasa takut akan semakin kuat bersamaan dengan bertambahnya usia Anda. Reaksi Anda terhadap rasa takut terus muncul hingga batas dimana sangat sulit membayangkan diri Anda menghadapi rasa takut. Anda mulai menyesalinya selama bertahun-tahun, karena rasa takut tersebut semakin nyata bagi Anda. Anda menjadi tikus yang terkekang oleh rasa takut Anda sendiri: pekerjaan yang mapan tapi tidak membahagiakan, pekerjaan yang tidak memerlukan kemampuan Anda untuk mengambil resiko. lima tahun … 10 tahun … 20 tahun berlalu, hingga Anda menyadari bahwa hidup Anda tidak banyak berubah. Anda telah mapan. Anda merasa telah meraih kemanan dan perlindungan total.

Tapi ada hal lain yang terjadi dibalik layar bukan ? Suara kecil dikepala Anda yang mengatakan bahwa ini bukan hidup yang Anda inginkan. Hidup yang lebih dan lebih. HIdup yang lebih makmur, memiliki hubunga yang luar biasa, berkeliling dunia, memiliki banyak teman, membantu orang-orang yang membutuhkan, membuat perubahan yang berarti. Suara yang mengatakan bahwa pekerjaan yang Anda jalani sekarang tidak bisa membawa Anda untuk meraih itu semua. Suara yang keluar ketika Anda berkaca sambil memandangi tubuh Anda yang semakin gemuk atau tertatih-tatih menaiki tangga rumah Anda. Suara yang membisikkan kekecewaan. Suara yang memberi tahu Anda bahwa Anda bermasalah memotivasi diri sendiri untuk melakukan apa yang benar-benar Anda inginkan dalam hidup … karena Anda takut. Dan jika Anda menolak untuk mendengarnya, suara tersebut akan tetap disana hingga Anda mati, menyesali apa yang bisa terjadi.

sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3141163&page=17

0 comments:

Post a Comment

 

World Wallpaper Dekstop Sponsored by liza Caem